Lompat ke isi utama

Berita

Bawaslu Kota Pontianak Sepakat Hoaks Mesti Diperangi

PONTIANAK - Ketua Bawaslu Kota Pontianak menghadiri Workshop dan Uji Kompetensi Jurnalis 2020 yang diadakan oleh pengurus Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Kalbar, Jum'at, (21/2/2020) di gedung konferensi Universitas Tanjungpura Pontianak.\n\nTema bertajuk Menangkal Badai HOAX di tahun 2020" dalam kegiatan ini narasumber yang dihadirkan dari Kapolresta Kota Pontianak, Komarudin  dan Dewan Pertimbangan IJTI pusat Imam Wahyudi.\n\nKapolresta Pontianak Kota, Kombes Pol Komarudin, SIK MM, mengatakan kemajuan teknologi saat ini memungkinkan seseorang dengan mudah mengakses dan membagikan informasi sayangnya kegunaan akses informasi tersebut tidak dipergunakan dengan benar oleh sebagian orang. Menanggapi berita seperti itu di jadikan trigger bahan para pelaku mencari celah untuk melakukan pemberitaan.\n\n"Boleh dikatakan juga saat ini dunia jurnalistik tidak hanya dimiliki oleh teman-teman pers, hampir seluruh masyarakat Indonesia saat ini yang pengguna handphone pengguna sosial media itu mereka juga merangkap sebagai pers mereka bebas memberitakan sesuatu tanpa klarifikasi," ungkap Komarudin.\n\nMenurutnya mereka bebas memberitakan sesuatu tanpa ada filter dan lain-lain. Bahkan sekarang kita semua bisa mendengar berita dalam satu hari 1x24 jam sudah berapa banyak berita yang  diterima.\n\n"Berita yang kita sebarkan tanpa ada pemisah berita itu benar atau tidak, bahkan berita dari luar negeri kita bisa tahu, orang yang mengatakan dunia dalam genggaman itu memang betul adanya, kejadian di belahan bumi lain kita bisa ketahui dari tempat kita berada sekarang, tanpa verifikasi kita pun ikut menyebarkan," tuturnya\n\nMenurut Komarudin ini adalah fenomena baru, dimana ada kecenderungan masyarakat Indonesia ingin menjadi orang yang pertama kali memberitakan, inilah perubahan perilaku masyarakat Indonesia lebih memilih sebagai pemberi berita atau penginformasi daripada menjadi lebih proaktif melakukan sebagai pelaku atau momen di kegiatan tersebut.\n\nDewan Pertimbangan IJTI pusat, Imam Wahyudi menjelaskan,  sesungguhnya apa yang terjadi sekarang ini merupakan sebuah bentuk lain dari sesuatu yang selama ini kita punya.\n\n"Kita ini punya kecenderungan untuk menjadi yang pertama ada juga kecenderungan untuk pamer diri sendiri, itu kecenderungan yang sangat alamiah tapi kecenderungan ini menjadi serius manakala ada mediumnya yaitu internet dimana kemudian bisa di desiminasi," ungkapnya.\n\nMenurutnya persoalannya sekarang pada saat ada yang disebut disrupsi atau gangguan teknologi ada revolusi digital mengganggu semua aspek termasuk juga aspek industri media, dan media itu tersadar bahwa sekarang kemampuan untuk menyebarkan informasi sudah disaingi oleh para netizen di sosial media.\n\n"Salah satu keunggulan jurnalisme itu adalah verifikasi, karena verifikasi tidak dimiliki oleh media sosial, mereka hanya punya kecepatan, karakter dasar dari media pers itu adalah kecepatan dan verifikasi, massif dan verifikasi, yang massif dan kecepatan itu sudah disaingi oleh media sosial tapi tidak dengan verifikasi," jelasnya.\n\nKetua Bawaslu Kota Pontianak, Budahri juga menanggapi bagaimana peran pers dan jurnalis untuk dapat memberikan informasi dan pemberitaan yang akurat dan terpecaya.\n\nIa menjelaskan saat ini ditahun 2020 akan dilaksanakannya Pilkada serentak sehingga pemberitaan mengenai pesta demokrasi pasti terus diikuti.\n\n"Kita sepakat bahwa hoaks harus diperangi dengan cara menangkal segala bentuk berita maupun informasi bohong. Ini menjadi tantangan kita bersama,” ungkap Budahri.\n\nDia menegaskan, seluruh elemen baik itu TNI-Polri, dan pemerintah maupun masyarakat harus sama-sama ikut memerangi berita hoaks dan politisasi SARA. Karena, akibat yang ditimbulkan oleh berita hoaks dapat merugikan semua pihak."